Ambon - Info Digital Akurat - Dalam sebuah episode podcast yang diselenggarakan oleh Korem 151 Binaya, tokoh Maluku, Rutumalessy, buka suara secara gamblang mengenai gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan perjalanannya bersama Front Kedaulatan Maluku (FKM). Menurutnya, RMS sejatinya sudah tidak ada, yang tersisa hanyalah segelintir orang yang mengatasnamakan perjuangan rakyat Maluku untuk kepentingan pribadi.
“Ini letak persoalannya. Akhir dari semua ini, rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa justru menjadi korban dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujar Rutumalessy.
Dalam wawancara tersebut, ia membeberkan perbedaan RMS di era 1950-an yang dipimpin J.M. Manuhutu dan Soumokil, dengan RMS tahun 1990-an di masa Alex Manuputty. Rutumalessy mempertanyakan kepemimpinan RMS saat ini yang dianggap tidak jelas dan penuh kepentingan tersembunyi.
Ia juga mengungkapkan sejarah pembentukan FKM yang didirikan sebagai payung bagi organisasi-organisasi bawah tanah seperti MKM, Mahamuda Siwalima, dan lainnya. Namun, menurutnya, semangat perjuangan mulai luntur setelah tokoh-tokohnya meninggal, berhenti berjuang, atau bahkan kabur ke luar negeri.
Rutumalessy mengklaim dirinya pernah menjadi ujung tombak gerakan, termasuk mengantar pengungsi, membentuk perwakilan FKM, dan bahkan diburu TNI/Polri. Namun, hasil perjuangan itu dinilainya tidak pernah dipertanggungjawabkan oleh Alex Manuputty, yang kini hidup nyaman di Amerika.
Ia menyinggung pertemuan Alex dengan tokoh-tokoh nasional saat kembali dari luar negeri, namun tidak ada hasil konkret yang disampaikan kepada FKM. Rutumalessy bahkan menduga adanya “permainan” antara Alex dan pemerintah hingga bisa lolos ke Amerika, meski berstatus dicekal.
Rutumalessy juga menyoroti para simpatisan RMS di luar negeri, terutama di Belanda, yang dinilainya hanya mampu memberi semangat dan sedikit bantuan uang, tanpa hasil nyata bagi rakyat Maluku.
Di akhir pernyataannya, Rutumalessy mengajak seluruh simpatisan RMS untuk kembali bersatu dalam bingkai NKRI. Ia menekankan pentingnya mengakhiri permusuhan dan saling curiga antar komunitas demi masa depan Maluku yang lebih baik.
“Cukup saya yang jadi tumbal. Jangan lagi generasi kita yang tidak tahu apa-apa jadi korban. Mari bersatu demi anak cucu kita,” pungkasnya. (K077A)