Seram Bagian Barat - Info Digital Akurat - Bagi sebagian orang, masa purna tugas adalah jeda panjang untuk beristirahat dari berbagai urusan publik. Namun, bagi Mansur Tuharea, pensiun justru menjadi momentum untuk turun lebih dalam ke akar persoalan masyarakat. Setelah melepaskan jabatan sebagai Sekretaris Daerah, ia tidak memilih langkah mundur melainkan melangkah maju, memasuki babak baru yang lebih dekat dengan rakyat dan denyut ekonomi desa.
Melalui akun Facebook pribadinya, Mansur tidak menampilkan nostalgia masa birokrasi. Yang terlihat justru sosok mantan pejabat yang kini menyatu dengan tanah, berkubang di lumpur perkebunan, menyalami petani, dan menatap pertumbuhan tunas tanaman dengan kegembiraan yang otentik. Setiap unggahannya menjadi laporan langsung tentang komitmen dan kerja nyata di lapangan. Minggu (16/11/2025)
Inilah refleksi kepemimpinan yang tidak berhenti pada jabatan. Ketika tanda tangan di meja rapat telah berganti dengan cangkul di kebun rakyat, pengaruh dan wibawa Mansur justru semakin mengakar. Ia bertransformasi dari pembuat kebijakan menjadi penggerak di lapangan seorang “field mover” yang memahami benar konteks, kebutuhan, dan peluang yang dimiliki para petani di Seram Bagian Barat (SBB).
Dengan pengalaman panjang dalam memahami alur birokrasi dan celah program pembangunan, Mansur kini menjadi penghubung yang sangat dibutuhkan: jembatan emas antara petani dan akses sumber daya. Ia hadir bukan sebagai instruktur dari kejauhan, tetapi sebagai katalisator yang membuka pintu pasar, mempertemukan kelompok tani dengan mitra, hingga memperkenalkan teknik pertanian yang lebih efektif.
Desa Hatunuru di Kecamatan Taniwel Timur menjadi salah satu panggung nyata perannya. Setiap cerita yang ia bagikan tentang kelompok tani bukan sekadar motivasi, tetapi optimisme berbasis kerja, optimisme yang terukur dan berdampak.
Ia memahami akar masalah ekonomi SBB yang selama ini kerap terjebak dalam keterisolasian dan minimnya konektivitas. Maka, strategi Mansur sederhana namun kuat: menggerakkan kekuatan kolektif. Sebab, satu petani mungkin rapuh menghadapi tantangan, tetapi puluhan petani dalam satu kelompok yang solid adalah kekuatan ekonomi yang mampu mengubah wajah desa.
Melalui langkah-langkahnya yang menyusuri kampung dan kebun, Mansur seakan menegaskan bahwa kebangkitan ekonomi tidak lahir dari proyek megah, tetapi dari tangan-tangan rakyat yang diberi akses, pendampingan, dan kepercayaan.
Bagi Mansur Tuharea, pensiun bukan akhir karier tetapi ruang baru untuk berkarya dengan lebih jujur dan lebih membumi. Jejak langkahnya telah menjadi bukti bahwa pembangunan sejati tidak membutuhkan jabatan, tetapi komitmen yang tidak pernah padam.
Teruslah berkarya, Bapak Mansur Tuharea. Jejak Anda bukan hanya tentang tanaman yang tumbuh, melainkan juga tentang bangkitnya martabat dan kemandirian ekonomi warga SBB. Anda membuktikan bahwa pahlawan pembangunan adalah mereka yang tetap bekerja, bahkan setelah seragam dinas disimpan rapi di lemari. (K077A)



































.jpeg)
















